BABAD KAJEN, PATI
oleh : Sutamto Totok
Ahmad Mutamakkin hidup dan berkiprah pada masa Pemerintahan Kerajaan Solo – antara tahun 1719-1749 dan mengalami dua macam penguasa yaitu Amangkurat IV dari Kartasura dan Pakubuwono II di Surakarta. Beliau terlibat dalam perdebatan seru ketika diadili oleh Katib Anom, semacam menteri agamanya, Amangkurat IV.
Pemeriksaan pandangan-pandangan beliau
oleh Katib Anom, yang notabene cucu Sunan Kudus, direkam dalam sebuah
tembang Kraton yang berjudul Serat Cebolek. Serat atau risalah (arab) yang menggunakan bahasa Sastra Jawa tingkat tinggi itu ditulis oleh Raden Ngabehi Yasadipura I (sebagai orang Kraton).
Serat itu mengisahkan tentang seorang kyai mistik pengikut teori “Wahdatul Wujud”
(kesatuan wujud), yakni Kyai Mutamakkin. Pandangan kiai ini dianggap
sebagai “gangguan” oleh penguasa resmi di Keraton Surakarta, yang dalam
hal ini diwakili oleh Katib Anom. Terjadilah pengadilan atas Kyai Mutamakkin yang juga dikenal sebagai Kiai Cebolek
itu. Salah satu tuduhan yang diarahkan kepadanya adalah kegemarannya
untuk menonton wayang kulit, terutama dengan lakon Bima Sakti / Dewa
Ruci