Sabtu, 28 Maret 2015

BIARKAN DAN BEBASKAN SETIAP RASA

Sebenernya aku ragu untuk share ini... tapi tak apa lah, aku ingin berbagi sebelum aku pergi...
Semuanya tertulis dalam DIARIKU, ini adalah sebagian kecil dari goresan dalam sebuah kertas kosong yang ku tulis dalam DIARIKU, semua cerita tentangmu, tentang keadaan q, tentang tubuh ini tertuang semua kedalamnya... 
 Thanks For You Kak ****


Mulai bertanya-tanya apa yang dimau hati, mulai meraba-raba apa yang dirasa hati. Semua menjadi terasa abu-abu dan tak menentu. Bimbang dan gamang, mencoba memahami semuanya...
Benarkah semua tak dipahami, ataukah sesungguhnya tak mau mengakui ? Tak mau mengakui apa yang sebenernya dirasakan hati, menyembunyikan setiap kejujuran yang selalu tertutupi.
Mulut ini mampu berucap sejuta pengingkaran. Langkah ini bisa berlari menghindari semua kenyataan. Mata ini mampu mengalihkan pandangan pada yang tak nyata. Namun hati ini selalu mampu menggiring pada kejujuran, perasaan mendalam yang jauh terpendam.
Berujar manis hanya untuk menutupi tangis. Tertawa lepas sembari menghela nafas. Semua terjadi begitu berat untuk berkawan dengan perasaan, semua tunduk pada logika dan setiap perhitungan nalar. Mengapa logika dan perasaan menjadi begitu berjauhan ? Adakah yang salah dengan kenyataan ?
Selalu mencoba mengingkari dengan berkata "tidak" dan "jangan". Namun semakin kencang semua itu diteriakkan, semakin keras pula bata dalam hati menguatkan fondasi perasaan yang sesungguhnya. Semakin semua mencoba untuk disembunyikan dan diabaikan, maka semakin terang benderang setiap rasa dalam hati.
Mengapa harus mencoba begitu keras untuk mengingkari hati ? Tidakkah itu hanya akan menyakiti hati jauh lebih dalam, terluka karena kejujuran yang semakin mengakar, terluka karena kejujuran yang semakin diabaikan, dan terluka karena pengingkaran yang semakin kuat diucapkan.
Biarlah, biarkan setiap kejujuran menjadi nyata, biarkan semua berlari dalam hati dan pikiran, biarkanlah setiap luka menganga hingga tak terasa, biarkanlah senyum itu menjadi penghias hari, dan air mata itu pembasah hati. Biarkanlah, karan itu semua hakikat dari rasa, memiliki jalannya sendiri untuk bertemu dan berkawan dengan logika, memiliki caranya sendiri untuk memahami setiap realita.
Layaknya ayunan yang berayun yang semakin kencang saat diayun dan berhenti tak bergerak begitu tak ada daya lagi mengayun, selayaknya itulah perasaan yang tersembunyi dalam hati. Berayun oleh hati dan naluri, berayun oleh setiap kata yang mengikuti, berayun oleh setiap canda yang membuntuti.
Nikmatilah setiap ayunannya, ayunan yang membuat tersenyum, tertawa, menjerit, hingga menangis. Tak perlu mencoba untuk menghentikannya atau meloncat darinya saat masih berayun, sungguh itu yang akan menyakiti. Biarkanlah, nikmati setiap ayunan dan perasaan yang dibuatnya. Teriaklah saat ingin berteriak, tertawalah saat ingin tertawa, dan menangislah saat ingin menangis. Karna saat ayunan itu tak lagi ingin berayun dan menapakkanm pada sang bumi, akan ada rindu pada setiap rasa saat berayun yang tak lagi mampu diulangi. Begitulah saat hati begitu dilepaskan untuk merasakan setiap liku rasa tanpa pengingkaran dan penolakan.
Akan ada waktu begitu tak terbatas untuk berkawan dengan hati dan kenyataan. Menikmati senja kedamaian hati bersama secangkir teh kenangan indah yang diseduh dengan berjuta senyuman manis dengan aroma cinta yang mengayakan emosi dalam hati.
Jadi mengapa harus takut mengaku bahwa hati ini mencinta dan mendamba ? Nikmatilah, dan rasakan, hingga akhirnya akan menjadi cerita sebagai pembelajaran dalam lembaran dongeng kehidupan.

0 komentar: